Subscribe to Zinmag Tribune
Subscribe to Zinmag Tribune
Subscribe to Zinmag Tribune by mail

Foto: Kapak Batu Purba

Asal-usul orang Sasak tidak mungkin diketahui dari sumber-sumber tulisan dari masa (purba) itu atau dengan mempercayai sumber-sumber lisan. Petunjuk yang paling meyakinkan tentang leluhur orang Sasak adalah melalui bahasa yang digunakan dan benda-benda hasil kebudayaan mereka.

Kita percaya bahwa bahasa Sasak yang digunakan penduduk asli Pulau Lombok saat ini tidak serta merta tercipta. Demikian pula dengan penemuan-penemuan arkeologi warisan kebudayaan Neolitikum (Zaman Batu Muda) berupa kapak lonjong dan kapak persegi di berbagai belahan Nusantara belakangan ini. Semuanya itu tidak mungkin tersebar dengan sendirinya, melainkan pasti memiliki rentetan kronologi yang bisa dirunut. Atau, dengan kata lain, mustilah ada kelompok manusia pendukungnya yang berperan aktif dalam persebaran bahasa dan artefak tersebut melalui aktivitas migrasi (perpindahan) mereka.
Para ahli linguistik menyimpulkan bahwa kronologi dari persebaran suatu keluarga bahasa dapat ditelusuri dari area dengan keberagaman bahasa yang besar ke area dengan keberagaman bahasa yang kecil. Bahasa Sasak memiliki kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia seperti Jawa, Sunda, Batak, Bali, Banjar, Minangkabau, dan Bugis. Juga mirip dengan bahasa Tagalog (Filipina), Tetum (Timor Leste), Maori (Selandia Baru), Fiji (Republik Fiji), Samoa (Samoa Barat dan Samoa Amerika), Tahiti (Perancis), Chamorro (Guam dan Mariana Utara), dan Hawai’i (negara bagian Amerika Serikat). Penyelidikan linguistik menyimpulkan bahwa bahasa-bahasa tersebut merupakan rumpun bahasa Austronesia yang nenek moyangnya berasal dari Yunnan (Cina).
Kesimpulan tersebut setali tiga uang dengan hasil penelitian arkeologi. Persebaran kapak lonjong, kapak bahu, dan kapak persegi di Nusantara menunjukkan adanya migrasi (perpindahan) orang-orang Yunnan Utara ke kepulauan Nusantara hingga ke pulau-pulau yang tersebar di Lautan Pasifik. Bangsa yang berasal Yunnan Utara masuk ke Nusantara dalam dua gelombang. Kelompok orang-orang Yunnan yang pertama kali bermigrasi ke Nusantara disebut Bangsa Malanesia atau Papua Melanosoid yang merupakan ras Negroid pada sekitar dua juta tahun yang lalu, ketika Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumbawa masih menyatu dengan Benua Asia. Bangsa Melanesia ini memunyai ciri-ciri kulit kehitam-hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar, dan hidung mancung.
Gelombang kedua adalah Bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa Austronesia yang termasuk golongan Ras Malayan Mongoloid. Bangsa Melayu ini melakukan migrasi ke Nusantara dalam dua gelombang, yaitu pada tahun 2000 SM yang disebut Proto Melayu dan pada tahun 500 SM yang disebut bangsa Deutro Melayu. Jika Proto Melayu membawa kebudayaan Neolitikum, maka Deutro Melayu membawa kebudayaan logam (perunggu). Mereka memunyai ciri-ciri antara lain kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk mulut dan hidung sedang.
Suku-suku lain di Indonesia yang serumpun dengan Suku Sasak adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai barat Sumatera), Suku Batak (Sumatera Utara), dan Suku Kubu (Sumatera Selatan). (Bersambung)
0 Responses

Posting Komentar

Boleh komentar apa aja asalkan sesuai nilai-nilai agama dan Pancasila